BahasaAl Qur'an terpelihara dari usaha2 manusia untuk merubahnya, walaupun satu ayat bahkan satu kata. Allah SWT berfirman: اِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَاِ نَّا لَهٗ لَحٰـفِظُوْنَ "Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya." (QS.
Abbas, Nurlaelah. “Muhammad Bin Abdul Wahab Gerakan Revivalisme Dan Pengaruhnya.” Jurnal Dakwah Tabligh 16, no. 2 December 2015 133– Arifuddin. Metode Tematik Dalam Pengkajian Hadis. Makassar UIN Alauddin Makassar Press, Moh Yasir. Mediatisasi Agama Post-Truth Dan Ketahanan Nasional. Yogyakarta LKiS, M. Yusran. Dirasah Islamiyah I Pengantar Studi Al-Qur’an, Hadits, Fiqih, Dan Pranata Sosial. Jakarta PT Raja Grafindo Persada, Ahmad. “Pengaruh Mazhab Mufassir Terhadap Perbedaan Penafsiran.” Journal of Islamic Studies and Humanities 2, no. 1 2017 55– Mohammad Roihan. “Studi Pendekatan Al-Qur’an.” Jurnal Thariqah Ilmiah 1, no. 1 January 2014 31– Nadirsyah. Dari Hukum Makanan Tanpa Label Halal Hingga Memilih Mazhab Yang Cocok. Jakarta Penerbit Mizania, 2015.———. “Kosong Dan Berisi Dalam Memahami Al-Qur’an,” June 9, 2019. Accessed January 2, 2020. Saring Sebelum Sharing. Yogyakarta PT Bentang Pustaka, 2019.———. Tafsir Al-Qur’an Di Medsos Mengkaji Makna Dan Rahasia Ayat Suci Pada Era Media Sosial. Yogyakarta PT Bentang Pustaka, Hamim, and Suryadi. Bunga Rampai Wacana Studi Hadis Kontemporer. Yogyakarta Tiara Wacana, Suruk. Teologi Amal Saleh Membongkar Nalar Kalam Muhammadiyah Kontemporer. Surabaya Lembaga Pengkajian Agama dan masyarakat LPAM, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta Raja Grafindo Persada, Donny Indra. “Ceramah Nabi Muhammad Sesat’, Evie Effendi Dipolisikan IPNU,” August 13, 2018. Accessed January 2, 2020. Harun. Sejarah Al-Qur’an. Jakarta Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Anwar. “Ikhtilaf Di Kalangan Ulama Al-Mujtahidin.” Al-Risalah 15, no. 2 November 2015 181– Abdullah. Al-Qur’an Abad 21 Tafsir Kontekstual. Bandung PT Mizan Pustakan, Ibnu. “Resepsi Al-Qur’an Dalam Berbagai Bentuk Terbitan.” Humaniora 16, no. 1 February 2004 78– Mohammad Hanief. “Konsep Fikih Ikhtilaf Yusuf Al-Qaradhawi.” Jurnal TSAQAFAH 13, no. 2 November 2017 254– M. “Pendekatan Tekstual Dan Kontekstual Dalam Penafsiran Al-Qur’an.” Al-Bayan Jurnal Studi Al-Qur’an dan Tafsir 1, no. 2 December 2016 115– Qurais. Membumikan Al-Qur’an Fungsi Dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan Masyarakat. Bandung Mizan, Saifuddin, Moh. Hidayat Noor, and Miski. “Komunitas Online Serta Seruan Kembali Pada Al-Qur’an Dan Hadis Identitas, Ideologi, Dan Imaji Fundamentalisme.” 144–160. Grand Mirama Surabaya UIN Sunan Ampel Surabaya, 2018.
Kembali Ke Quran dan Hadits - Web App referensi Quran dan Hadits. QuranHadits.com adalah Qur'an Hadits Online Lengkap sebagai rujukan utama Belajar Qur'an Terjemah Perkata Multi tafsir Bahasa Indonesia. 1 - Al-Fatihah Pembukaan 2 - Al-Baqarah Sapi 3 - Ali 'Imran Keluarga Imran 4 - An-Nisa' Wanita 5 - Al-Ma'idah Hidangan 6 - Al-An'am Binatang
loading...Terdapat perbedaan yang menonjol antara hadis dan Al-Quran dari segi redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya. Foto/Ilustrasi Dok SINDOnews Al-hadits didefinisikan oleh pada umumnya ulama -seperti definisi Al-Sunnah- sebagai "Segala sesuatu yang dinisbahkan kepada Muhammad SAW , baik ucapan, perbuatan dan taqrir ketetapan, maupun sifat fisik dan psikis, baik sebelum beliau menjadi nabi maupun sesudahnya." Muhammad Quraish Shihab dalan bukunya berjudul " Membumikan Al-Quran , Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat" menjelaskan bahwa ulama ushul fiqh, membatasi pengertian hadis hanya pada "ucapan-ucapan Nabi Muhammad SAW yang berkaitan dengan hukum"; sedangkan bila mencakup pula perbuatan dan taqrir beliau yang berkaitan dengan hukum, maka ketiga hal ini mereka namai Al-Sunnah. Baca Juga Pengertian hadis seperti yang dikemukakan oleh ulama ushul tersebut, dapat dikatakan sebagai bagian dari wahyu Allah SWT yang tidak berbeda dari segi kewajiban menaatinya dengan ketetapan-ketetapan hukum yang bersumber dari wahyu itu, ulama tafsir mengamati bahwa perintah taat kepada Allah dan Rasul-Nya yang ditemukan dalam Al-Quran dikemukakan dengan dua redaksi berbeda. Pertama adalah Athi'u Allah wa al-rasul, dan kedua adalah Athi'u Allah wa athi'u al-rasul. Perintah pertama mencakup kewajiban taat kepada beliau dalam hal-hal yang sejalan dengan perintah Allah SWT; karena itu, redaksi tersebut mencukupkan sekali saja penggunaan kata athi'u. Perintah kedua mencakup kewajiban taat kepada beliau walaupun dalam hal-hal yang tidak disebut secara eksplisit oleh Allah SWT dalam Al-Quran, bahkan kewajiban taat kepada Nabi tersebut mungkin harus dilakukan terlebih dahulu -dalam kondisi tertentu- walaupun ketika sedang melaksanakan perintah Allah SWT, sebagaimana diisyaratkan oleh kasus Ubay ibn Ka'ab yang ketika sedang sholat dipanggil oleh Rasul SAW. Itu sebabnya dalam redaksi kedua di atas, kata athi'u diulang dua kali, dan atas dasar ini pula perintah taat kepada Ulu Al-'Amr tidak dibarengi dengan kata athi'u karena ketaatan terhadap mereka tidak berdiri sendiri, tetapi bersyarat dengan sejalannya perintah mereka dengan ajaran-ajaran Allah dan Rasul-Nya. Perhatikan Firman Allah dalam QS 459. Menerima ketetapan Rasul SAW dengan penuh kesadaran dan kerelaan tanpa sedikit pun rasa enggan dan pembangkangan, baik pada saat ditetapkannya hukum maupun setelah itu, merupakan syarat keabsahan iman seseorang, demikian Allah bersumpah dalam Al-Quran Surah Al-Nisa' ayat di sisi lain, kata Quraish Shihab, harus diakui bahwa terdapat perbedaan yang menonjol antara hadis dan Al-Quran dari segi redaksi dan cara penyampaian atau penerimaannya. Baca Juga Quraish Shihab menjelaskan dari segi redaksi, diyakini bahwa wahyu Al-Quran disusun langsung oleh Allah SWT. Malaikat Jibril hanya sekadar menyampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, dan beliau pun langsung menyampaikannya kepada umat, dan demikian seterusnya generasi demi generasi. Redaksi wahyu-wahyu Al-Quran itu, dapat dipastikan tidak mengalami perubahan, karena sejak diterimanya oleh Nabi, ia ditulis dan dihafal oleh sekian banyak sahabat dan kemudian disampaikan secara tawatur oleh sejumlah orang yang -menurut adat- mustahil akan sepakat dasar ini, wahyu-wahyu Al-Quran menjadi qath'iy al-wurud. Ini, berbeda dengan hadis, yang pada umumnya disampaikan oleh orang per orang dan itu pun seringkali dengan redaksi yang sedikit berbeda dengan redaksi yang diucapkan oleh Nabi SAW. Di samping itu, diakui pula oleh ulama hadis bahwa walaupun pada masa sahabat sudah ada yang menulis teks-teks hadis, namun pada umumnya penyampaian atau penerimaan kebanyakan hadis-hadis yang ada sekarang hanya berdasarkan hafalan para sahabat dan tabi'in. Ini menjadikan kedudukan hadis dari segi otensititasnya adalah zhanniy demikian, itu tidak berarti terdapat keraguan terhadap keabsahan hadis karena sekian banyak faktor - baik pada diri Nabi maupun sahabat beliau, di samping kondisi sosial masyarakat ketika itu, yang topang-menopang sehingga mengantarkan generasi berikut untuk merasa tenang dan yakin akan terpeliharanya hadis-hadis Nabi SAW. Baca Juga Fungsi Hadis terhadap Al-QuranAl-Quran menekankan bahwa Rasul SAW berfungsi menjelaskan maksud firman-firman Allah QS 1644. Penjelasan atau bayan tersebut dalam pandangan sekian banyak ulama beraneka ragam bentuk dan sifat serta fungsinya.'Abdul Halim Mahmud, mantan Syaikh Al-Azhar, dalam bukunya Al-Sunnah fi Makanatiha wa fi Tarikhiha menulis bahwa Sunnah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan Al-Quran dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hukum syara'.
Meneliti kontradiksi antara hadis dan al-Qur’an sangat penting dalam studi matan hadis, baik untuk keperluan kritik matan maupun untuk pemahaman hadis. 2. Kontradiksi (Ta’a>rud}) antara al-Qur’an dan hadis ada dua macam yaitu ta’a>rud}haqi>qy pada hadis palsu dan ta’a>rud}z}ahiry pada hadis sahih. 3.
PERTANYAAN Assalamu alaikum wr. wb. Kiyai ,asatid, dan para admin, Sya mohon pencerahan nya, Apakah benar ada reinkarnasi dalam kehidupan manusia ? Mohon jawaban nya serta referensi nya. Mohon maaf atas ksalahan. [Goes Fanky]. JAWABAN Reinkarnasi adalah takhayul yang tidak berdasar. Pendapat ini berasal dari orang-orang tak beragama yang berpikiran bahwa manusia akan “menghilang setelah kematian”. Atau timbul pada orang-orang yang merasa takut untuk memasuki alam akhirat setelah kematian. Bagi kedua kelompok manusia ini, kembali ke dunia lagi setelah kematian merupakan suatu harapan yang menarik. Dalam banyak ayatnya, Al-Qur’an menyebutkan bahwa hanya ada sekali kehidupan di dunia ini. Tempat dimana manusia diuji amal perbuatannya. Disebutkan pula bahwa setelah kematian tidak ada arah kembali ke dunia ini. Manusia hanya mati sekali saja. Ini ditegaskan dalam ayat berikut ini Mereka tidak akan merasakan kematian di dalamnya kecuali sekali saja. Tuhanmu memelihara mereka dari azab api neraka. Surat Ad-Dukhan 56 Jadi Al-Qur'an dengan jelas menolak konsep penjelmaan lagi reinkarnasi dan perpindahan. Ruh manusia, meninggalkan badan pada saat mati dan tidak akan dibiarkan hidup kembali ke dunia ini lewat bentuk lain. Dari kitab suci Qur'an "Ketika kematian telah datang kepada seseorang di antara mereka, dia berkata Wahai Tuhanku! Kembalikanlah aku hidup! Supaya aku mengerjakan perbuatan baik yang telah aku tinggalkan itu. Jangan! Sesungguhnya perkataan itu hanya sekedar dapat diucapkan Di hadapan mereka ada barzah, dinding yang membatasi sampai hari mereka dibangkitkan." 23 99-100. Jadi, kitab suci Qur'an menyatakan bahwa ruh manusia tidak akan hidup dua kali di dunia ini, dengan demikian ruh itu tidak akan dibiarkan menempati badan hidup yang lain, baik manusia ataupun bukan manusia. Kenyataan-kenyataan yang dapat ditinjau mendukung ajaran ini. Bila ruh manusia menempati badan-badan manusia yang baru, maka tidak akan menambah kepadatan penduduk, sebab ruh seseorang dapat menempati hanya satu badan. Kepadatan penduduk pada abad yang lalu sekitar satu milyard. Sekarang sekitar sudah lebih dari 6 milyard Bagaimana kita dapat bertambah lima milyard bila tidak ada ruh-ruh baru diciptakan. Sesungguhnya bila konsep reinkarnasi adalah benar, jumlah penduduk tidak akan lebih dari dua orang, sebab pada mulanya hanya ada dua ruh manusia yaitu Adam dan Hawa. [Radhin El-Maujudy Goes, Alif Jum'an Azend]. - Tafsir Ibnu Katsir تفسير القرآن أضواء البيان في إيضاح القرآن بالقرآني قوله تعالى وهو الذي أحياكم ثم يميتكم ثم يحييكم إن الإنسان لكفور ، قوله وهو الذي أحياكم ، أي بعد أن كنتم أمواتا في بطون أمهاتكم قبل نفخالروح فيكم فهما إحياءتان ، وإماتتانكما بينه بقو له كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم ثم يميتكم ثم يحييكم ثم إليه ترجعون [ 2 \ 28 ] وقوله تعالى قالوا ربنا أمتنا اثنتين وأحييتنا اثنتين الآية [ 40 \ 11 ] . ونظير آية " الحج " المذكورة هذه قوله تعالى ، في " الجاثية " قل الله يحييكم ثم يميتكم ثم يجمعكم إلى يوم القيامة لا ريب فيه [ 45 \ 26 ] ، وكفر الإنسان المذكور في هذه الآية في قوله إن الإنسان لكفور مع أن الله أحياه مرتين ، وأماته مرتين ، هو الذي دل القرآن على استعباده وإنكاره مع دلالة الإمات تين والإحياءتين على وجوبالإيمان ] ص 298 ] بالمحيي المميت ، وعدم الكفر به في قوله كيف تكفرون بالله وكنتم أمواتا فأحياكم الآية [ 2 \ 28 ] . LINK DISKUSI
وَأَسْبَغَ عَليْكُمْ نِعَمَهُ ظَهِرَةً وَبَاطِنَةً. Artinya : Dan Allah telah menyempurnakan bagimu nikmat zahir dan nikmat batin. Jadi berdasarkan ayat di atas, diri kita sesungguhnya terbagi dua: Diri Zahir yaitu diri yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diraba oleh tangan. Diri batin yaitu yang
Pengertian Al-Quran dan Hadits – Al-Quran dan Hadits adalah sumber utama untuk umat islam di seluruh dunia untuk menjalani kehidupan. Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW yang diturunkan kepadanya secara berangsur-angsur melalui perantara malaikat Jibril. Tidak hanya Al-Quran, Allah juga menurunkan firman-firman nya kepada Nabi Muhammad yang disebut dengan hadits. Namun, ada beberapa hal yang membedakan hadits dan juga Al-Quran. Al-Quran sendiri harus dipegang ketika kita dalam keadaan suci dari hadas kecil atau hadas besar, sedangkan hadits boleh dibaca walaupun kita tidak sedang dalam keadaan suci. Ayat-Ayat Al-Quran adalah ayat yang harus dibaca ketika umat islam melaksanakan sholat, sedangkan hadits tidak boleh dibaca ketika sholat. Begitulah beberapa perbedaan antara Al-Quran dan Hadits. Untuk mengetahui Al-Quran dan hadits lebih dalam, simak tulisan di bawah ini. Pengertian Al-QuranIsi dari Al-QuranSejarah Al-QuranPengertian HaditsSejarah Hadits Al-Quran merupakan istilah dari bahasa arab yang memiliki arti bacaan. Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril. Al-Quran diturunkan secara berangsur-angsur di kota besar Mekah dan Madinah sejak tahun 610 M sampai kematian Nabi Muhammad tiba yaitu pada tahun 632 M. Istilah Al-Quran berasal dari kata kerja qara’a yang artinya membaca. Istilah Al-Quran juga tertulis di dalam Al-Quran itu sendiri, bahkan istilah Al-Quran muncul sebanyak 70 kali, salah satunya tercantum dalam surat At-taubah ayat 111 yang berbunyi, اِنَّ اللّٰهَ اشْتَرٰى مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ اَنْفُسَهُمْ وَاَمْوَالَهُمْ بِاَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَۗ يُقَاتِلُوْنَ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ فَيَقْتُلُوْنَ وَيُقْتَلُوْنَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِى التَّوْرٰىةِ وَالْاِنْجِيْلِ وَالْقُرْاٰنِۗ وَمَنْ اَوْفٰى بِعَهْدِهٖ مِنَ اللّٰهِ فَاسْتَبْشِرُوْا بِبَيْعِكُمُ الَّذِيْ بَايَعْتُمْ بِهٖۗ وَذٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيْمُ “Sesungguhnya Allah membeli dari orang-orang mukmin, baik diri mau-pun harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang di jalan Allah; sehingga mereka membunuh atau terbunuh, sebagai janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil, dan Al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya selain Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan demikian itulah kemenangan yang agung.” Isi atau tubuh dari Al-Quran disusun dalam bentuk bahasa Arab Klasik, hal ini juga diyakini merupakan transkrip literal dari Allah SWT yang kemurnian atau keasliannya sangat terjaga. Hal ini bahkan dijanjikan dalam Al-Quran itu sendiri pada surat Al-Buruj ayat 21-22 yang berbunyi بَلْ هُوَ قُرْاٰنٌ مَّجِيْدٌۙ فِيْ لَوْحٍ مَّحْفُوْظٍ “Bahkan yang didustakan itu ialah Al-Quran yang mulia.” “Yang tersimpan dalam tempat yang terjaga Lauh Mahfuzh.” Tentunya, kata Al-Quran yang muncul ini dalam bentuk yang berbeda dengan berbagai arti. Banyak ahli yang mengatakan bahwa istilah Al-Quran merupakan padanan dalam bahasa Syiria yang artinya adalah membaca kitab suci atau pelajaran’. Terlepas dari itu, kata Al-Quran menjadi istilah dalam bahasa Arab. Dalam ayat lain. istilah Al-Quran merujuk pada satu hal yang dibacakan oleh Nabi Muhammad. Konteks ini terlihat dalam surat Al-Araf ayat 203-204 yang berbunyi, وَاِذَا لَمْ تَأْتِهِمْ بِاٰيَةٍ قَالُوْا لَوْلَا اجْتَبَيْتَهَاۗ قُلْ اِنَّمَآ اَتَّبِعُ مَا يُوْحٰٓى اِلَيَّ مِنْ رَّبِّيْۗ هٰذَا بَصَاۤىِٕرُ مِنْ رَّبِّكُمْ وَهُدًى وَّرَحْمَةٌ لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ وَاِذَا قُرِئَ الْقُرْاٰنُ فَاسْتَمِعُوْا لَهٗ وَاَنْصِتُوْا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ “Dan apabila engkau Muhammad tidak membacakan suatu ayat kepada mereka, mereka berkata, “Mengapa tidak engkau buat sendiri ayat itu?” Katakanlah Muhammad, “Sesungguhnya aku hanya mengikuti apa yang diwahyukan Tuhanku kepadaku. Al-Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.” “Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah dan diamlah, agar kamu mendapat rahmat.” Al-Quran menggambarkan dirinya sendiri sebagai pembeda atau Al-Furqan, kitab utama atau Ummul Kitab, Penuntun atau Huda, kebijaksanaan atau Hikmah, Pengingat atau Dzikir, dan sesuatu yang diturunkan dari tempat yang lebih tinggi ke tempat yang rendah atau Tanzil. Al-Quran dapat diartikan dalam berbagai perspektif, yang dapat kamu pelajari pada buku Memahami Al-Qur’an Di Masa Post Truth oleh Prof. Nasaruddin Umar. Isi dari Al-Quran Al-Quran memiliki isi yang lebih pendek dibandingkan dengan perjanjian baru atau juga kitab Ibrani. Al-Quran dibagi menjadi 114 surat, atau bisa disebut dengan bab. Dalam bab atau surat itu, memiliki ayat atau butir-butir yang berbeda-beda. Surat di dalam Al-Quran yang pertama adalah Al-Fatihah, namun bukan berarti Al-Fatihah adalah surat yang diturunkan pertama kali oleh Allah SWT. Surat yang paling panjang adalah surat kedua atau surat Al-Baqarah dan surat yang paling terpendek adalah surat Al-Kautsar. Nama-nama surat di dalam Al-Quran diberikan dengan istilah yang paling banyak muncul di dalam surat tersebut, namun hal ini tidak berlaku dalam semua surat di Al-Quran. Surat dibagi lagi menjadi ayat-ayat yang secara literalnya memiliki arti tanda’. Ayat di dalam Al-Quran terdiri dari ayat. Ayat di dalam Al-Quran juga memiliki panjang yang berbeda-beda, ada yang sangat panjang seperti paragraf, ada juga yang hanya terdiri dari beberapa kalimat. Di dalam ayat-ayat Al-Quran, umumnya menyebut dirinya sebagai ucapan ialhi yang menggunakan kata ganti orang pertama tunggal dan jamak yaitu saya dan kami, kata ganti ini secara jelas mengacu kepada Allah SWT yang Maha Esa. Banyak ayat-ayat Al-Quran yang menggambarkan penghakiman di mana Allah SWT akan menyerahkan setiap manusia ke surga atau neraka sesuai dengan amalannya di dunia. Tidak hanya itu, ada juga beberapa narasi yang berpusat kepada manusia-manusia istimewa atau alkitabiah seperti Nabi Adam, Musa, Ibrahim, Maryam dan-lain-lain. Ada juga satu surat yang mencakup luas cerita tentang nabi Yusuf, Surat ke-12 di dalam Al-Quran. Al-Quran juga mengatakan bahwa dia adalah penyempurna dan membenarkan kitab-kitab terdahulu, hal ini tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat 97 yang berbunyi, قُلْ مَنْ كَانَ عَدُوًّا لِّجِبْرِيْلَ فَاِنَّهٗ نَزَّلَهٗ عَلٰى قَلْبِكَ بِاِذْنِ اللّٰهِ مُصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيْهِ وَهُدًى وَّبُشْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ “Katakanlah Muhammad, “Barangsiapa menjadi musuh Jibril, maka ketahuilah bahwa dialah yang telah menurunkan Al-Qur’an ke dalam hatimu dengan izin Allah, membenarkan apa kitab-kitab yang terdahulu, dan menjadi petunjuk serta berita gembira bagi orang-orang beriman.” Tema utama Al-Quran adalah membahas tentang tauhid, atau monoteisme. Di mana hanya ada satu Tuhan, sang pencipta dan maha kuasa. kekuasaan Allah tertera dalam ayat-ayat Al-Quran misalnya pada surat AL-Baqarah ayat 29 yang berbunyi, هُوَ الَّذِيْ خَلَقَ لَكُمْ مَّا فِى الْاَرْضِ جَمِيْعًا ثُمَّ اسْتَوٰٓى اِلَى السَّمَاۤءِ فَسَوّٰىهُنَّ سَبْعَ سَمٰوٰتٍ ۗ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ “Dialah Allah yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” Di dalam Al-Quran juga tercantum hukum-hukum untuk berkeluarga, pembagian hak waris, hukum ritual seperti sholat, berzakat atau kewajiban berpuasa. Ada juga larangan-larangan untuk mengkonsumsi hal-hal yang diharamkan seperti makan babi atau minum anggur. Al-Quran juga menjelaskan tentang hukuman untuk pencurian atau pembunuhan, hukuman orang yang riba atau curang dalam berdagang. Al-Quran merupakan Kitab Suci bagi umat Islam yang dijadikan petunjuk, penuntun, dan juga pedoman. Dalam memahami isi tulisan di dalamnya, buku Sekelumit Kandungan Isi Al Qur’an ini dapat kamu jadikan pedoman. Al-Quran membentuk fondasi hukum untuk umat Islam, meskipun rincian dari hukum-hukum tersebut tidak dituliskan dari Al-Quran, namun bisa dilihat dari hal-hal yang dilakukan oleh Nabi Muhammad atau yang disebut dengan hadits. Sejarah Al-Quran Sumber-sumber sejarah Islam mengatakan bahwa kumpulan wahyu Al-Quran yang lengkap ditulis setelah kematian Nabi Muhammad. Ketika banyak sahabat-sahabat Nabi yang hafal Al-Quran terbunuh di medan perang, ketakutan akan kehilangan pengetahuan Al-Quran mulai muncul. Maka dari itu diputuskan untuk mengumpulkan wahyu Al-Quran. Tulisan-tulisan wahyu Al-Quran datang dari berbagai bahan seperti cabang pohon palem, batu dan ingatan para sahabat. Sahabat Nabi, Zaid bin Tsabit, diketahui telah menyalin ayat-ayat Al-Quran pada lembaran perkamen apapun yang bisa ditemukan, dan kemudian menyerahkannya kepada Khalifah Umar bin Khattab yang pada saat itu menjabat dari 634 – 644 M. Setelah kematian Umar bin Khattab, koleksi dari catatan Al-Quran diwariskan kepada putrinya Hafsah. Pada saat kepemimpinan Khalifah Ketiga, Utsman bin Affan, ia mulai menyadari adanya sedikit perbedaan dalam pengucapan Al-Quran saat Islam berkembang dari Jazirah Arab ke Persia dan Afrika Utara. Untuk mencegah adanya perbedaan dalam penulisan ayat-ayat Al-Quran, Khalifah Utsman bin Affan yang menjabat dari tahun 644-656 M memerintahkan salinan dari Zaid bin Tsabit dikirim ke pusat kota. Dalam dua puluh tahun setelah kematian Nabi Muhammad, Al-Quran dibuat dalam bentuk tertulis. Teks tersebut menjadi model dari mana salinan dibuat dan disebarluaskan ke seluruh pusat kota negara-negara Muslim. Beberapa versi lain dari Al-Quran kini telah dimusnahkan. Para ilmuwan dan sejarawan Muslim meyakini dan menerima bahwa teks Al-Quran saat ini merupakan versi asli yang disusun oleh para Khalifah. Pada tahun 1972, di masjid yang berada di kota Sanaa Yaman, sebuah manuskrip ditemukan. Manuskrip tersebut telah terbukti sebagai teks Al-Quran yang paling kuno yang diketahui ada pada saat itu. Studi menunjukan bahwa perkamen tersebut berasal dari periode sebelum 671 M. Menurut sejarah Islam, Al-Quran diturunkan kepada nabi Muhammad secara terpisah dan berangsur-angsur. Seringkali ayat-ayat yang diturunkan merupakan kelompok ayat yang terpisah. Sumber-sumber Islam menyimpan sejumlah besar laporan tentang kejadian di mana suatu surat atau bagian dari sebuah surat diturunkan. Dengan demikian, para penafsir Al-Quran pra-modern membayangkan wahyu AL-Quran terkait erat dengan peristiwa-peristiwa tertentu dalam kehidupan Nabi Muhammad. Untuk mempelajari Al-Quran, kamu bisa membaca buku ini sebagai referensi yaitu Buku Pintar Al-Quran Segala Hal yang Perlu Kita Ketahui Tentang Al-Quran, yang disusun oleh Lingkar Kalam. Buku ini disusun dengan bahasa yang mudah dimengerti dan juga tersemat gambar-gambar sebagai penunjang pembahasan buku tersebut. Sebagai kitab suci yang sempurna bagi umat Islam dan menjadi seebuah pedoman para umatnya dalam menjalankan kehidupan. Terdapat proses yang menjadi sejarah dari Al-Quran yang secara ringkas dapat kamu pelajari pada buku Sejarah Ringkas Al Quran Kandungan & Keutamaannya. Pengertian Hadits Istilah hadits berasal dari bahasa Arab yang memiliki arti berita atau cerita, atau wacana. Hadits adalah catatan tradisi atau ucapan-ucapan Nabi Muhammad. Umat muslim meyakini bahwa hadits merupakan kata-kata, dan juga perbuatan serta persetujuan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Ketika hadits-hadits ini terkumpul, maka muncul gambaran yang lebih besar atau disebut dengan sunnah. Hadits ini diterima oleh umat muslim sebagai sumber hukum agama dan pedoman moral setelah Al-Quran. Hadits atau sunnah ini bisa didefinisikan sebagai biografi Nabi Muhammad yang diabadikan oleh ingatan para sahabat-sahabatnya. Perkembangan hadits adalah elemen paling penting selama tiga abad pertama dalam sejarah islam. Hadits juga disebut sebagai tulang punggung dalam peradaban islam dan di dalam agama islam otoritas hadits sebagai sumber hukum agama dan pedoman hidup menempati urutan kedua setelah kitab suci Al-Quran. Otoritas hadits berasal dari Al-Quran yang memerintahkan umat islam untuk mentaati dan mengikuti ucapan Nabi Muhammad. Hal ini tertera dalam surat An-nur ayat 54 dan surat Al-Ahzab ayat 21, yang berbunyi, قُلْ اَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَۚ فَاِنْ تَوَلَّوْا فَاِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَّا حُمِّلْتُمْۗ وَاِنْ تُطِيْعُوْهُ تَهْتَدُوْاۗ وَمَا عَلَى الرَّسُوْلِ اِلَّا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ “Katakanlah, “Taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya kewajiban Rasul Muhammad itu hanyalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu hanyalah apa yang dibebankan kepadamu. Jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Kewajiban Rasul hanyalah menyampaikan amanat Allah dengan jelas.” لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ “Sungguh, telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan kedatangan hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” Meskipun jumlah ayat yang berkaitan dengan hukum dalam Al-Quran tidak terlalu banyak, hadits memberikan arahan tentang segala hal mulai dari rincian kewajiban ritual seperti mandi, wudhu, dan tata cara sholat, sampai bentuk salam yang benar hingga pentingnya berbuat baik kepada para budak. Jadi, sebagian besar aturan syariah atau hukum islam berasal dari hadits, bukan dari Al-Quran. Berbeda dengan Al-Quran, tidak semua umat muslim meyakini akan orisinalitas hadits atau tidak percaya semua catatan hadits. Hal ini datang karena hadits tidak ditulis oleh para pengikut Nabi Muhammad segera setelah kematiannya, namun hadits ditulis beberapa generasi kemudian. Hadits disusun dan dikumpulkan menjadi kumpulan besar literatur Islam. Koleksi-koleksi hadits yang berbeda akan menjadi pembeda dari berbagai cabang agama Islam. Untuk memahami berbagai kumpuan hadits karya berbagai imam terkemuka, Grameds dapat membaca Ensiklopedia Hadits Ibadah. Sejarah Hadits Istilah hadits berasal dari akar bahasa Arab h-d-th yang memiliki arti terjadi’ atau melaporkan’ atau berita’. Hal ini bisa diartikan bahwa hadits merupakan sebuah berita atau catatan. Dari hadits ini datanglah sunnah atau arahan yang mana umat Islam mengimani dan menyesuaikan diri dalam perintah yang tertulis dalam hadits berdasarkan catatan atau perilaku Nabi Muhammad. Para sejarawan muslim mengungkapkan bahwa Khalifah Utsman bin Affan Khalifah ketiga dari kekhalifahan rashidun yang dulunya selaku sekretaris Nabi Muhammad, diyakini mendesak umat Islam untuk mencatat hadits-hadits seperti yang disarankan oleh Nabi Muhammad kepada pengikutnya untuk menuliskan kata-kata dan tindakannya. Namun sayangnya kerja keras Khalifah Utsman bin Affan terpotong karena insiden pembunuhannya di tangan tentara pada tahun 656 M. Menurut sejarawan, beberapa koleksi hadits dikumpulkan pada zaman Umayyah. Dalam hukum Islam, penggunaan hadits yang ada seperti yang dipahami sekarang-sekarang ini datang secara bertahap. Mazhab-mazhab hukum Islam menggunakan aturan-aturan dari sahabat Nabi Muhammad, keputusan para Khalifah dan praktek-praktek yang telah diterima secara umum oleh para ahli hukum Islam. Menjelang kematiannya, Khalifah Umar bin Khattab memerintahkan umat Islam untuk mencari petunjuk dari Al-Quran. Penggabungan hadits Nabi ke dalam Islam secara bertahap terjadi. Abu Abdullah Muhammad bin idris al-Shafii atau yang biasa dikenal dengan Al-Syafii menekankan otoritas akhir dari sebuah hadits Nabi Muhammad, sehingga Al-Quran digunakan untuk ditafsirkan ke dalam hadits, bukan sebaliknya. Al-Syafii ini menegaskan bahwa sunnah Nabi dan Al-Quran berdiri secara sejajar, karena menurutnya perintah Nabi Muhammad adalah perintah Tuhan. Untuk melihat kumpulan hadits-hadits shahih bisa dilihat dalam buku Hadits Shahih Bukhari dan Muslim yang disusun oleh Ulama Muhammad Fuád Abdul Baqi. Rekomendasi Buku terkait “Pengertian Al-Quran dan Hadits” 1. Menjadi Muslimah yang Disukai Banyak Orang 2. Mau Menjadi Lebih Baik 3. Adab Di Atas Ilmu Baca juga artikel lain yang terkait “Pengertian Al-Quran dan Hadits” Tata Cara Berwudhu Pengertian Al-Quran dan Hadits Pengertian Akhlak Sifat-sifat Mulia Perilaku Jujur dalam Islam Pengertian Zakat Rukun Haji Pengertian Iman Kepada Malaikat Pengertian Aurat Daftar 99 Asmaul Husna Zakat Fitrah dan Zakat Mal Buku Best Seller Buku Anak Belajar Mengaji Buku Anak Islami Buku Agama Islam Buku Islami Buku Hadits ePerpus adalah layanan perpustakaan digital masa kini yang mengusung konsep B2B. Kami hadir untuk memudahkan dalam mengelola perpustakaan digital Anda. Klien B2B Perpustakaan digital kami meliputi sekolah, universitas, korporat, sampai tempat ibadah." Custom log Akses ke ribuan buku dari penerbit berkualitas Kemudahan dalam mengakses dan mengontrol perpustakaan Anda Tersedia dalam platform Android dan IOS Tersedia fitur admin dashboard untuk melihat laporan analisis Laporan statistik lengkap Aplikasi aman, praktis, dan efisien
Jakarta - . Sumber hukum Islam yang disepakati mayoritas ulama ada empat, yaitu Al-Qur'an, hadits, ijma, dan qiyas. Meski demikian, Menurut Abdul Wahhab Khallaf dalam buku Logika dan Penalaran Perbandingan Hukum Barat dan Islam karya Dr. JM. Muslimin, MA, Al-Qur'an dan hadits tetap sebagai sumber sekaligus doktrin hukum esensial.
BismiLLAHiRahmaniRahim Assalamu’laikum WrWb. Keif halk ya akhi.. alUstadz Sigit…mohon maaf sebelumnya .. es… ini ada link coba tolong dibuka.. disitu ada beberapa pendapat berat yg sungguh sangattt mungkin membutuhkan ide2 dr panjenengan yaa al Ustadz… please put your idea there, coz I am alone and dont have enough time and facility to reply them sooner as possible for their question and idea… because, I believe that you have excelent educational back ground about this case… Syukran katsiran.. Wassalam WrWb.. Waalaikumussalam Wr Wb Reinkarnasi adalah bahwa ruh pada jasad seseorang yang sudah meninggal berpindah ke jasad yang lainnya baik dia akan merasakan kebahagiaan didalam jasad tersebut ataukah kesengsaraan didalamnya tergantung dari amal-amal yang telah dilakukannya. Ia adalah perpindahan dari jasad yang satu ke jasad lainnya. Ini adalah perkataan paling batil dan kekufuran terhadap Allah, kitab-kitab dan Rasul-rasul-Nya. Sesungguhnya keimanan dengan akherat, hisab perhitungan, surga dan neraka adalah diantara hal-hal yang diinformasikan melalui kedatangan para Rasul dan yang dicakup oleh kitab-kitab-Nya yang diturunkan dan perkataan tentang reinkarnasi ini merupakan pendustaan terhadap itu semua. Tafsir islami terhadap perkaran akherat sudah jelas didalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah saw, diantaranya firman Allah swt Artinya “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” QS. Al Ankabut 57 إِلَيْهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا وَعْدَ اللّهِ حَقًّا إِنَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ لِيَجْزِيَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَعَمِلُواْ الصَّالِحَاتِ بِالْقِسْطِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ لَهُمْ شَرَابٌ مِّنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُواْ يَكْفُرُونَ Artinya “Hanya kepada-Nyalah kamu semuanya akan kembali; sebagai janji yang benar daripada Allah, Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya menghidupkannya kembali sesudah berbangkit, agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil. dan untuk orang-orang kafir disediakan minuman air yang panas dan azab yang pedih disebabkan kekafiran mereka.’ QS. Yunus 4 يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقِينَ إِلَى الرَّحْمَنِ وَفْدًا ﴿٨٥﴾ وَنَسُوقُ الْمُجْرِمِينَ إِلَى جَهَنَّمَ وِرْدًا ﴿٨٦﴾ Artinya “ingatlah hari ketika Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Tuhan yang Maha Pemurah sebagai perutusan yang terhormat, dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka Jahannam dalam Keadaan dahaga.” QS. Maryam 85 – 86 لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا ﴿٩٤﴾ وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا ﴿٩٥﴾ Artinya “Allah telah menentukan jumlah mereka dan menghitung mereka dengan hitungan yang teliti dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat dengan sendiri-sendiri.” QS. Maryam 94 – 95 Artinya “Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Dia. Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada keraguan terjadinya.” QS. An Nisaa 87 Artinya “Orang-orang yang kafir mengatakan bahwa mereka sekali-kali tidak akan dibangkitkan. Katakanlah “Memang, demi Tuhanku, benar-benar kamu akan dibangkitkan, kemudian akan diberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” QS. At Taghabun 7 Dan ayat-ayat muhkamat lainnya. Sedangkan didalam hadits banyak disebutkan tentang akhirat, penegasannya maupun perincian berbagai perkarannya yang jumlahnya tidak terhitung banyaknya. Diantara sabda Rasulullah saw itu adalah,”Sesungguhnya kalian akan dikumpulkan dalam keadaan telanjang kaki, tidak berbusana dan tidak beralas kaki.” Kemudian beliau membacakan firman-Nya ; Artinya “Sebagaimana Kami telah memulai panciptaan pertama Begitulah Kami akan mengulanginya. Itulah suatu janji yang pasti Kami tepati; Sesungguhnya kamilah yang akan melaksanakannya.” QS. Al Anbiya 104 Dan orang yang pertama kali dikeluarkan dari kubur dengan pakaian ketika meninggalnya pada hari kiamat adalah Ibrahim.” HR. Bukhori 3100 dan Muslim 5104 Sabda Rasulullah saw,”Sesungguhnya didalam jasad manusia terdapat sebuah tulang yang tidak dimakan bumi selamanya dan darinya akan dibentuk kembali makhluk itu pada hari kiamat.’ Mereka bertanya,’Tulang apakah itu wahai Rasulullah?’ beliau saw menjawab,’Ia adalah tulang ekor.” HR. Muslim 5255 Sabdanya saw,”Pada hari kiamat, matahari akan didekatkan kepada para makhluk hingga berjarak satu mil.’ Salim bin Amir—salah seorang perawi hadits—berkata,’Demi Allah aku tidaklah mengetahui apakah yang dimaksud dengan satu mil itu apakah ia ukuran jarak di bumi ataukah mil yang digunakan untuk mencelak mata.” Rasulullah saw bersabda,”Kelak manusia, keringatnya akan tergantung pada amal-amal mereka. Dari mereka ada yang berkeringat hingga kedua mata kakinya, dari mereka ada yang berkeringat hingga kedua lututnya, dari mereka ada yang berkeringat hingga pinggangnya, dari mereka ada yang ditenggelamkan oleh keringatnya sendiri.” si perawi mengatakan,”Rasulullah saw mengisyaratkan dengan tangannya kearah bibirnya.” HR. Muslim 5108 Sabdanya saw,”Aku memasuki pintu surga pada hari kiamat lalu pintu itu terbuka dan penjaganya berkata,’Siapa anda?’ aku berkata,’Muhammad.’ Dia berkata,’karena engkau aku diperintahkan untuk tidak membukanya bagi seorangpun sebelum dirimu.” HR. Muslim 292 dan berbagai hadits lainnya. Sehingga reinkarnasi roh-roh ini merupakan pendustaan terhadap nash-nash tersebut dan pengingkaran terhadap kebangkitan. Didalam syariah terdapat dalil-dalil yang zhahir yang mengukuhan adzab dan nikmat kubur serta pertanyaan dua malaikat kepada roh manusia dan roh itu tidaklah berpindah kepada jasad yang lainnya akan tetapi yang diterima jasad itu bisa adzab ataupun kenikmatan hingga manusia dikumpulkan kepada tuhan mereka. Imam Ibnu Hazm mengatakan,”Cukuplah bantahan terhadap mereka yang menganggap adanya reinkarnasi adalah ijma seluruh ahli islam yang menyatakan kekufuran mereka. Dan terhadap orang yang mengatakan dengan perkataan mereka berarti sesungguhnya itu adalah di luar islam dan Nabi saw datang dengan selain itu.” al Milal wa al Ahwa wa an Nahl 1/166. Keyakinan bahwa jasad akan punah dan tidak akan kembali lagi untuk merasakan nikmat atau menaggung adzab adalah jalan untuk menenggelamkan manusia kedalam syahwat, kezhaliman dan kegelapan. Inilah yang diinginkan setan dari para pengikut akidah yang rusak ini ditambah dengan tenggelamnya mereka didalam kekufuran didalam madzhab yang buruk ini. fatawa al Islam Sual wa Jawab juz I hal 1428 Al Lajnah ad Daimah didalam fatwanya tentang permasalahan ini menyebutkan bahwa… perpindahan roh manusia dari seorang manusia kepada yang lainnya tidaklah benar. Dasar dari itu adalah firman Allah swt وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ Artinya “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab “Betul Engkau Tuban kami, Kami menjadi saksi”. kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya Kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. QS. Al A’raf 172 Tafsir dari ayat ini adalah sebagaimana diriwayatkan oleh Malik didalam “al Muwatho’” bahwa Umar bin Khottob ditanya tentang ayat ini وَإِذْ أَخَذَ رَبُّكَ مِن بَنِي آدَمَ مِن ظُهُورِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَأَشْهَدَهُمْ عَلَى أَنفُسِهِمْ أَلَسْتَ بِرَبِّكُمْ قَالُواْ بَلَى شَهِدْنَا أَن تَقُولُواْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِنَّا كُنَّا عَنْ هَذَا غَافِلِينَ Artinya “Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman “Bukankah aku ini Tuhanmu?” mereka menjawab “Betul Engkau Tuban kami, Kami menjadi saksi”. kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan “Sesungguhnya Kami Bani Adam adalah orang-orang yang lengah terhadap ini keesaan Tuhan”. QS. Al A’raf 172 Lalu Umar menjawab,’Aku mendengar Rasulullah saw pernah ditanya tentang mereka maka Rasulullah saw bersabda,’Sesungguhnya Allah menciptakan Adam kemudian mengusap punggungnya dengan tangan kanan-Nya maka keluarlah darinya keturunannya lalu Allah berfirman,’Aku telah menciptakan mereka untuk di surga dan mengamalkan amal orang-orang surga.’ Kemudian Allah menugusap punggungnya maka keluarlah darinya keturunannya dan Allah pun berfirman,’Aku telah menciptakan mereka untuk di neraka dan mengamalkan amal orang-orang neraka.” Imam Ahmad di “al Musnad” 311 tahqiq Ahmad Syakir. Imam Malik di “al Muwattho” 898, Abu Daud 4703, at Tirmidzi 5071, al Hakim di “al Mustadrok” 171, Ibnu Mundih di “ar Rod ala al Jahmiyah” 28 Ibnu Abdil Barr mengatakan bahwa makna dari hadits ini, sungguh betul berasal dari Nabi saw dari berbagai sisi yang mengukuhkannya dari hadits Umar bin Khottob, Abdullah bin Mas’ud, Ali bin Abi Thalib, Abu Hurairoh dan yang lainnya. Ijma Ahlus Sunnah wal Jama’ah menyebutkan bahwa perkataan perpindahan roh dari satu jasad ke jasad lainnya adalah perkataan orang-orang pendukung reinkarnasi dan mereka adalah orang yang paling kufur dan perkataan mereka itu adalah yang paling batil. al Lajnah ad Daimah Li al Buhuts al Ilmiyah wa al Ifta juz IV hal 64 Tidak mungkin roh manusia bertemu dengan roh hewan atau salah satunya berpindah ke yang lainnya, ini yang disebut dengan reinkarnasi roh yang tidak dibenarkan akal dan tidak diterima oleh syariat. Ahli Ilmu menyebutkan bahwa perkataan seperti itu adalah perkataan kufur keluar dari agama. Khalil Ibnu Ishaq al Maliki didalam “Mukhtashar” nya mengatakan—tentang segala sesuatu yang menjadikannya dihukum dengan kufur dan murtad—atau tetang reinkarnasi roh.. dia menjelaskannya,”Yaitu perpindahannya didalam diri manusia atau lainnya. Dan bahwa sengsara atau bahagianya tergantung pada kebersihan dan keburukannya. Jika jiwanya jahat maka dirinya akan berbentuk seperti keburukannya itu, ia bisa berbentuk anjing, babi atau lainnya. Jika dirinya telah menyelesaikan hukuman dari keburukannya itu maka ia akan berpindah dari seekor kera kepada kera yang lainnya. Akan tetapi jika dirinya belum menyelesaikannya maka ia akan berindah ke bentuk yang lebih buruk lagi hingga dirinya menyelesaikan hukumannya itu. Sedangkan jika jiwanya baik maka ia akan berubah bentuk kepada yang lebih tinggi baik.” Tujuan dari reinkarnasi ini adalah menafikan hari perhitungan hisab, surga dan neraka… dan didalam keyakinan ini tampaklah pendustaan terhadap nash-nash wahyu dan ijma kaum muslimin. Jadi tidak dibenarkan menurut syariat dan juga akal perkataan bahwa ruh manusia berpindah ke tubuh hewan atau yang lainnya. Markaz al Fatwa no. 36533 Wallahu A’lam Ustadz Sigit Pranowo Lc
Hadits akan berusaha mengajarkan al-hikmah dari pelajaran Qur‟an dan Hadits, yaitu pembelajaran nilai kepastian dan ketepatan dalam mengambil sikap dan tindakan dalam kehidupannya sesuai dengan ajaran yang tertera dalam al-Qur‟an dan Hadits, yang dilandasi oleh pertimbangan yang rasional dan perhitungan yang matang.
Kata “reinkarnasi” asalnya dari kata re+in+carnis. Kata Latin carnis berarti daging. Incarnis artinya mempunyai bentuk manusia. Sedangkan reinkarnasi adalah masuknya jiwa ke dalam tubuh yang baru. Jadi, jiwanya adalah jiwa yang sudah ada, tapi jasadnya baru. Maka, reinkarnasi juga dapat disebut kelahiran kembali. Kondisi ini disebut pula sebagai migrasi jiwa. Artinya, jasad lama ditinggalkan alias mati, dan pada suatu kesempatan jiwa tersebut masuk ke dalam jasad baru, alias menjadi bayi kembali. Dalam bahasa Inggris reinkarnasi disebut sebagai reborn atau reembodiment. Bagi agama-agama di Timur, agama-agama yang tumbuh di India, Tibet, Cina, Jepang, dan di Kepulauan Nusantara; reinkarnasi bukan lagi sebagai hal yang aneh. Reinkarnasi bukan dipahami sebagai kepercayaan atau keimanan, tapi sebagai hukum alam. Bagaimana dengan reinkarnasi di Dunia Barat? Sumber dasar filsafat Barat adalah budaya Yunani dan Romawi. Pada kedua budaya tersebut, reinkarnasi diterima sebagai kepercayaan. Di antara filsuf Yunani kuno, Plato yang hidup pada abad ke 5-4 seb. M, percaya bahwa jiwa tidak pernah mati, dan mengalami reinkarnasi berkali-kali. Lalu, kapan reinkarnasi itu berakhir? Ya, segala sesuatu pasti berakhir. Menurut agama Hindu, reinkarnasi berakhir bila sang manusia mengalami moksa. Menurut agama Buddha kelahiran kembali tak akan terjadi lagi bila roda samsara telah berhenti. Sang Jiwa selanjutnya ke alam nirwana. Tujuan Hidup dan Mati Menurut Ayat-ayat Alquran Sebagai seorang muslim tentu saya akan menguraikan reinkarnasi ini berdasarkan dalil-dalil Alquran dan Hadis. Dan, dalil-dalil ini tergolong ayat-ayat mutasyabihat. Ayat-ayat yang perlu dipahami maknanya dengan seksama. Oleh kalangan awam ayat-ayat ini biasanya dilepas begitu saja, dan tidak ada usaha memahaminya. Padahal, Alquran telah memerintahkan pembacanya untuk menggunakan akal atau pikiran untuk dapat mengerti makna yang tersembunyi dibalik makna literalnya. Marilah kita simak ayat QS al-Mulk [67] 2. Alladzà khalaqa al-mawta wa al-hayâta li yabluwakum ayyukum ahsanu amalâ wa huwa al-azÃz al-ghafûr. Dia yang menciptakan kematian dan kehidupan. Dengan cara itu Dia mendidik dan melatihmu, dan untuk memberikan nilai bagi siapa yang lebih baik amalannya. Dan, Dia itu Maha Perkasa dan Maha Melindungi. Pertama, mati dan hidup itu diciptakan. Hal semacam ini sering luput dari pemahaman. Dikiranya, yang diciptakan Tuhan itu hanya hidup. Mati ada di dalam wilayah ciptaan Tuhan. Demikian pula hidup. Tentu saja yang dimaksud di sini bukanlah “hidup sejati”. Tapi, hidup di dalam jasad. Jadi, hidup di dalam jasad, dan mati jasad itu ciptaan. Jasad atau raga hanyalah pakaian bagi “jiwa”, soul. Jika raga tidak bisa dipakai alias tidak berfungsi, maka jiwa akan meninggalkannya. Tetapi, jika jiwa hanya sekadar meninggalkan jasad, belum tentu jasad mengalami kematian. Dalam peristiwa OOBE Out Of the Body Experience, jiwa dapat keluar tubuh dan kembali lagi. Tidur nyenyak pun dapat membuat jiwa ke luar dari tubuh untuk beranjang sana-sini. Hal semacam ini dijelaskan dalam QS al-Zumar [39] 42, sebagai berikut. Allah yang memegang jiwa manusia ketika matinya dan di waktu tidur bagi yang belum mati. Dan, ditahan-Nya jiwa yang telah ditetapkan kematiannya, sedangkan yang belum mati dilepaskan hingga masa ajal tiba. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat ayat-ayat bagi orang yang berpikir. Selama garis kematian belum tiba, jiwa dapat bepergian kesana-kemari. Menurut mistik Timur, jiwa dan raga ini ada tali pengikat yang disebut benang perak atau silver cord. Selama benang ini tidak putus, maka orang yang mengalami OOBE tidak akan tertimpa kematian. Bila dilihat dari sudut energi, orang yang mengalami mati itu telah kehilangan energi prana, elan vital, atau premananya Jawa. Baik benang perak atau premana tidak perlu dipertentangkan. Keduanya merupakan elemen kehidupan. Jika salah satunya rusak, orangnya akan mati. Artinya, bilamana elemen-elemen yang membangun hidup itu rusak alias tidak berfungsi, jiwa tak akan dapat beroperasi lagi. Jiwa akan meninggalkan tubuh yang demikian itu. Kedua, penciptaan mati dan hidup itu dimaksudkan untuk mendidik dan melatih manusia agar manusia dapat beramal kebajikan. Jadi, jelas sekali bahwa proses mati-hidup-mati-hidup di dunia ini dimaksudkan untuk melatih manusia. Dunia ini sekolahan. Dunia adalah ladang bagi kehidupan berikutnya Hadis. Siapa yang menanam, ia pula yang mengetam. Dan, dalam QS 5156 disebutkan bahwa tujuan penciptaan manusia itu adalah ma’rifat Allah, mengenal Allah. Untuk apa? Agar manusia dapat kembali ke asalnya, yaitu kembali kepada Allah. Seringkali balasan amal itu dipahami sebagai balasan atau imbalan yang akan diberikan kepada manusia setelah dibangkitkan dari kuburnya di alam akhirat setelah hancur-leburnya bumi. Hal ini tentu saja tidak sesuai dengan pernyataan-pernyataan tentang cepatnya perhitungan Tuhan terhadap para hamban-Nya. Lebih dari 10 ayat yang menyatakan bahwa hisab Tuhan atau perhitungan amal baik dan buruk manusia itu amat cepat. Kalau hukuman itu ditangguhkan hingga hari kiamat atau setelah hancurnya alam semesta, maka ada orang yang sudah jutaan tahun dalam masa menunggu, dan bagi yang hidup menjelang hancurnya alam semesta malah akan menerimanya lebih cepat. Tentu, hal ini akan bertentangan dengan kasih sayang Tuhan, sekaligus bertentangan dengan keadilan-Nya. Balasan dan imbalan dari Tuhan terhadap amalan manusia itu amat cepat alias segera. Dan, perhitungan itu tidak sperti nilai rapor. Apabila nilai rapor sudah diperhitungkan nilai plus-minusnya, sehingga seseorang tinggal terima jadi, apakah ia naik kelas atau tinggal kelas; tidak demikian dengan perhitungan Tuhan. Dalam QS al-Zalzalah [99]7-8 disebutkan sebagai berikut Faman ya’mal mitsqâla dzarrah khayran yarâh. Wa man ya’mal mitsqâla dzarrah syarran yarâh. Barangsiapa yang beramal kebajikan sebesar zarah, maka buah amalnya itu akan dilihatnya. Dan, barangsiapa berbuat keburukan sebesar zarah, maka balasan amal buruknya itu pun akan dilihatnya. Jadi, tidak ada perhitungan dengan sistem yang dapat mencapai angka 6 atau lebih akan naik kelas atau akan tinggal di surga, dan yang tidak dapat angka indeks prestasi itu akan tinggal di neraka. Tidak. Tidak demikian! Bahkan bagi yang beramal keburukan sekecil debu pun akan merasakan balasannya. Sebaliknya, yang beramal kebaikan sekecil zarah pun akan merasakannya pula. Balasan Tuhan itu amat cepat. Dalam bahasa Arab disebut sarÃ’ al-hisâb. Balasan yang cepat artinya suatu balasan yang dapat diamati di dunia ini. Dan, sistem perhitungannya pun sebagaimana dikemukakan pada ayat-ayat di Surah al-Zalzalah tersebut. Itu artinya balasan atau imbalan itu berlangsung di dunia ini. Caranya melalui kelahiran kembali. Hal ini disebut dalam QS 694, bahwa manusia datang sendiri-sendiri sebagaimana kejadian pada mulanya. Dan, mengenai penciptaan pada kali yang lain ini akan jelas sekali diterangkan dalam QS 29 19-21 sebagai berikut. Dan, apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan pada awalnya dan mengulanginya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah. Katakanlah “Berjalanlah di bumi, maka gunakan nalarmu untuk mema-hami bagaimana Allah menciptakan pada mulanya, kemudian menciptakannya pada kali yang lain. Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu. Allah mengazab orang yang menghendaki azab dan memberikan rahmat kepada yang menghendakinya. Dan, hanya kepada-Nya kamu dikembali-kan. Perhatikan dengan seksama ayat tersebut. Pada ayat yang pertama, isi perintah-Nya adalah memperhatikan cara Allah menciptakan manusia. Ya, yang perlu diperhatikan adalah cara Allah menciptakan manusia pada mulanya. Bagaimana? Ternyata, caranya melalui pertemuan sel telur pada wanita dan sel sperma dari pria. Kemudian, keduanya bersatu, membelah diri, dan akhirnya tumbuh menjadi janin di dalam perut ibu. Lalu, lahir ke bumi sesuai dengan garis nasibnya. Ada yang dilahirkan di tengah orang berada, dan ada yang dilahirkan melalui keluarga papa. Setelah paham tentang penciptaan pada pertamanya, maka kita diminta memperhatikan caranya Allah mengulangi penciptaan itu. Kita diperintah untuk memperhatikan pada penciptaan ulangan, agar kita ngeh, kita paham benar-benar bagaimana proses penciptaan manusia. Ayat yang kedua, memerintah kita untuk menjelajah bumi ini. Kita diperintah untuk melakukan study tour, atau widya wisata. Untuk apa? Untuk mengerti tentang bagaimana Allah menciptakan pada mulanya, dan menciptakan pada kali lainnya. Coba renungkan dalam-dalam! Seandainya penciptaan pada kali lain itu terjadi setelah dunia ini hancur lebur, ya akan menjadi perintah yang salah. Mengapa? Karena penyelidikan penciptaan itu cukup di bumi ini, baik penciptaan pada mulanya maupun pada kali yang lain. Itu artinya kebangkitan itu di bumi ini. Yaitu, berupa kelahiran kembali. Ya, lahir kembali adalah penciptaan pada kali yang lain. Kalau bumi sudah hancur, maka kita tidak akan dapat melakukan studi tentang kebangkitan. Kita tidak dapat memperoleh pemahaman tentang itu. Nah, pada penciptaan kali yang lain itulah seorang manusia yang dilahirkan menerima azab atau mendapat rahmat. Azab atau rahmat yang diterimanya itu berdasarkan kehendak orang yang dilahirkan kembali. Jadi, bukan karena kehendak Tuhan. Mengapa? Karena Tuhan sama sekali tidak merugikan hamba-Nya. Dalam QS 3117 disebutkan bahwa Allah tidak menganiaya mereka, tetapi mereka yang menganiaya diri mereka sendiri. Sedangkan dalam QS 1044 disebutkan bahwa, “Sesungguhnya Allah tidak menzalimi manusia sedikit pun, akan tetapi manusia sendiri yang berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” Jelas sudah, bahwa bukan Allah yang menghendaki azab bagi manusia. Allah hanyalah menjalankan roda hukum alam yang telah ditetapkan-Nya. Sedangkan manusia itu sendiri adalah bagian dari hukum alam yang telah ditetapkan Tuhan. Karena hukum alam berjalan di bawah kehendak Tuhan, maka seakan-akan pahala dan balasan itu atas Kehendak-Nya. Sayang sekali, dalam berbagai terjemahan, kata man yasyâ’ diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia Allah menghendaki. Tentu saja terjemahan demikian melanggar pernyataan Allah bahwa Dia tidak merugikan manusia sedikit pun. Apabila kita memahami bahwa Allah tidak merugikan manusia sedikit pun, lalu siapa yang membuat ada yang bernasib baik, dan ada yang bernasib buruk? Lalu, mengapa ada orang yang mulus hidupnya dan ada yang tidak luput dari bencana? Apa ada garis tangan seseorang? Jawabnya, semua itu akibat ulah dan perbuatan orang yang tertimpa bencana itu sendiri. Kalau seseorang bernasib baik maka itu akibat amal kebajikan orang itu sendiri. Amalan kapan? Yaitu, amal baik dan buruk yang pernah dikerjakan pada kehidupan yang lampau. Jadi, takdir baik dan buruk itu digoreskan oleh seseorang pada masa lampaunya. Jika takdir baik dan buruk itu ditetapkan oleh Tuhan di zaman azali, maka itu artinya Tuhan telah berbuat zalim bagi sebagian hamba-Nya. Jika sudah demikian, berarti Tuhan telah pilih kasih terhadap hamba-Nya. Padahal, Tuhan tidak merugikan sedikit pun kepada manusia. Maka, jelas Tuhan tidak menetapkan takdir sebagaimana yang dipahami oleh sebagian besar umat Islam hingga sekarang ini. Maka, kita sekarang ini bukanlah kita yang baru dicipta. Tapi, kita sekarang ini adalah manusia yang telah lahir beberapa kali, bahkan ratusan atau bahkan ribuan kali. Mengenai petaka atau bencana yang menimpa manusia di bumi ini, dapat dirujuk pada ayat-ayat berikut. Perhatikan dengan seksama dua ayat di bawah ini. Dan, musibah apa pun yang menimpamu, maka itu disebabkan oleh tindakanmu sendiri, dan Allah mengampuni sebagian besar kesalahanmu. Dan, kalian tidak dapat melepaskan diri dari bumi ini. Bagimu, tiada pelindung dan penolong selain Allah. QS 42 30-31 Apa saja jenis musibah atau bencana yang menimpa seseorang, ternyata itu akibat perbuatan tangannya sendiri. Bukan oleh orang lain. Bukan oleh Tuhan. Bukan oleh setan dan jin. Ternyata semua itu disebabkan oleh ulah yang tertimpa musibah itu. Termasuk kalau ada bayi yang dilahirkan cacat. Itu disebabkan oleh perbuatan jiwa si bayi tersebut. Banyak orang yang tidak memahami tentang kelahiran kembali. Atau, reinkarnasi. Sehingga, kalau ada bayi cacat maka itu dianggap oleh kondisi kesehatan orangtuanya. Misalnya, ada kerusakan genetis. Penyakit dalam kandungan. Oleh sebab-sebab lain. Atau, karena dalam peperangan si bayi terkena peluru nyasar sehingga meski terselamatkan ia kehilangan anggota badannya. Umumnya orang tidak mengerti bahwa itu disebabkan oleh hutang-piutang karma atau perbuatan. Memang, ada proses karma. Pertama si orangtua mempunyai karma negatif, atau karma buruk. Sehingga ketika dia mengandung, janin yang dikandungnya itu cacat. Jadi, yang cacat itu raga si bayi. Sedangkan raga itu sendiri ya tidak ada maknanya. Nah, ketika raga bayi itu cacat, maka jiwa yang dimasukkan ke dalam raga yang cacat itu adalah jiwa yang hutang karma. Jiwa yang pada kehidupan masa lalunya banyak berbuat keburukan. Dus, bayi yang dilahirkan cacat itu merupakan kaitan karma orangtua dan bayi tersebut. Sama-sama punya karma buruk pada kehidupan masa lalunya. Meskipun hal ini tidak berarti ada kaitan karma buruk antara orangtua dan si bayi pada kehidupan lalunya. Kembali kepada ayat di atas. Disebutkan bahwa Tuhan mengampuni sebagian besar kesalahan manusia. Apa kaitannya dengan reinkarnasi? Jika Tuhan tidak mengampuni sebagian besar kesalahan manusia, maka manusia tidak akan mengalami kemajuan dalam hidupnya. Bayangkan, jika hutang seratus unit harus dibayar 100 unit; apa yang terjadi? Tak ada perubahan di dalam kehidupan manusia. Tuhan itu Maha Pemaaf. Sehingga, Tuhan tak akan mewujudkan balasan lebih daripada keburukan yang pernah dibuat hamba-Nya. Tuhan bukanlah tukang balas. Namun, kita pun harus paham bahwa mekanisme sebab-akibat itu merupakan ketetapan-Nya. Dalam bahasa agama, cara kerja alam raya dalam kaitannya dengan sebab dan akibat disebut pemberian pahala untuk kebaikan dan pembalasan atau azab bagi kejahatan. Karena rahman dan rahim-Nya, kebaikan akan mendatangkan kebaikan berlipat ganda, tapi keburukan hanya mengakibat-kan keburukan yang setara atau kurang. Dalam bahasa psikologis alam raya itu bersifat memaafkan. Hal semacam inilah yang disebut dalam Alquran sebagai kebajikan Tuhan. Dia memaafkan sebagian besar kesalahan yang pernah dilakukan manusia. Pada QS 42 31, terdapat peringatan dari Tuhan. Apa isinya? Secara normal, manusia tidak akan dapat meninggalkan bumi ini. Salah satu unsur pembentuk fisik manusia adalah bumi. Maka, secara alami manusia tertarik oleh keindahan bumi. Dan, gaya tarik bumi terhadap unsur-unsur fisik manusia, yaitu bumi, air, api dan udara, sangat kuat. Sehingga manusia cenderung untuk kembali hidup di bumi. Hal semacam ini dikabarkan dalam QS 725, bahwa manusia dihidupkan oleh Tuhan di bumi, dimatikan di bumi dan dibangkitkan di bumi juga. Dus, jikalau manusia hanya mengikuti hukum alam, tidak ada aksi dari manusianya sendiri untuk melepaskan diri dari bumi, maka selamanya ia akan tinggal di bumi. Sehingga, kenikmatan surga pun sebatas kenikmatan yang tersedia di bumi ini. Maka, pada penutup ayat 31 disebutkan bahwa bagi manusia tak ada pelindung dan penolongnya selain Allah. Dengan kata lain, pelindung dan penolong manusia itu hanyalah Allah! Kata “Allah” dalam Alquran adalah sebutan bagi Tuhan semesta alam. Maka, bagi yang bukan orang Islam tidak perlu rancu terhadap sebeutan Tuhan. Bahkan di Alquran sendiri Tuhan dapat disebut berdasarkan Nama-nama baik-Nya QS 17 110. Bagi khazanah “New Age”, Tuhan disebut sebagai “Sang Maha Diri”, the Absolute Reality atau Absolute Self. Sedang-kan diri manusia ya “sang diri” atau diri sejati saja. Maka, tujuan hidup manusia adalah kembalinya “sang diri” kepada “Sang Maha Diri”. Perjalanan sang diri kepada Tuhannya dalam hitungan waktu fisik amatlah panjang. Manusia yang sudah terkungkung oleh ruang-waktu, harus menempuhnya dalam hitungan jutaan tahun bumi. Jika satu generasi perlu hadir selama 50-100 tahun, maka perlu puluhan hingga ribuan kali manusia dapat menyempurnakan dirinya. Dengan kata lain, untuk dapat kembali ke alam kelanggengan atau paling tidak keluar dari bumi manusia perlu dilahir-kan berkali-kali. Manusia perlu mengikuti kala-cakra, atau putaran roda kehidupan di bumi. Untuk kembali kepada-Nya, ya hanya dengan cara berlindung kepda-Nya semata. Jika kita masih berlindung kepada yang lain, kepada selain-Nya yang notabene hamba-Nya, maka kita pasti menderita di bumi ini. Makanya, semua agama yang ada memerintahkan manusia untuk berlindung dan mohon pertolongan kepada-Nya semata. Inilah yang disebut tauhid dalam agama Islam. Meng-Esa-kan Tuhan.
Dalam ayat yang panjang itu, Amin membuktikan ayat ini membajak ayat-ayat dalam kitab suci Al-Qur’an. Terbukti ada penggalan-penggalan dari Surat Al-Anfal ayat 17, Surat Ar-Rahman ayat 1 dan 2, Surat Yasin ayat 6, Surat Al-An’am ayat 55, Surat Al-An’am ayat 14, surat Al-A’raf ayat 143, dan Surat Al-Isra ayat 81.
REINKARNASI adalah “lahir kembali” atau “kelahiran semula”, Reinkarnasi merujuk kepada kepercayaan bahwa seseorang akan mati dan dilahirkan kembali dalam bentuk kehidupan dilahirkan adalah JIWA yang berasal dari KARMA Hasil tindakan kehidupan masa lalu, kedalam bentuk tubuh yang lain agar punya kesempatan mempertanggung jawabkan pada kehidupan saat ini sebagai Yaasiin/3679 Allah berfirman “Katakanlah “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali pertama/ADAM”.Maka reinkarnasi juga dapat disebut kelahiran kembali, kebangkitan atau sebagian besar umat Islam agaknya tidak mempercayai adanya reinkarnasi ini, hanya karena perbedaan diksi Kebangkitan atau maksud dari Reinkarnasi adalah untuk mempertanggung jawabkan atas tindakan dari buah pikiran, lisan dan perbuatan masa lampau sehingga “Karma, Nasib dan Takdir Baik Buruk” merupakan kata yang berbeda namun mempunyai makna yang sama, yakni berhubungan dengan tindakan masa lalu, masa saat ini dan masa yang akan datang. Mari simak argumentasi yang mengagumkan dengan menggunakan bahasa singkat, penjelasan yang gamblang, sehingga seseorang tidak akan ragu terhadap Kebangkitan atau Kiamat atau juga disebut REINKARNASI. Para ulama sufisme berpandangan sama dalam memberikan gambaran mengenai hari kebangkitan, mereka menyatakan bahwaTubuh manusia berubah dari suatu keadaan kepada keadaan lainnya,Kemudian dikubur dan menjadi tanah, lalu Allah menghidupkannya ini seperti perubahan pada awal penciptaan manusia, berasal dari•setetes mani,•kemudian segumpal darah,•lalu segumpal daging,•kemudian menjadi tulang yang dibungkus oleh daging,•maka lahir/hidup kembali jadilah makhluk dalam bentuk lain yang sempurna. Begitu pula dengan proses kebangkitan atau disebut Reinkarnasi, Allah mengembalikan bentuk manusia setelah semua hancur luluh. Tidak ada yang tersisa kecuali tulang pangkal ekor, sebagaimana disebutkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim dari Nabi , bahwa beliau Shallallahu alaihi wa sallam bersabda“Setiap manusia akan hancur jasadnya, kecuali pangkal ekor. Darinyalah manusia tercipta dan darinyalah tersusun rangkaian jasadnya”. Betapa banyak dalil-dalil dalam al Qur`an yang menjelaskan hari kebangkitan sebagaimana Allah berfirman;~ QS Al-Hajj 5-7,~ QS Al-Mu’minun 12-16, Kisah Ashabul Kahfi yang wafat/tidur selama 309 tahun/QS Al-Kahfi Nabi Adam Turun ke bumi dalam QS Al-A’raf/725 “Di bumi itu kamu hidup dan di bumi itu kamu mati, dan dari bumi itu pula kamu akan dibangkitkan”.Kisah Nabi Yahya dalamQS Maryam/1933 Allah berfirman; Dan kesejahteraan dari Allah semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup Nuh AS dalam QS Nuh/7117-18 Allah berfirman;”Dan Allah menumbuhkan kamu dari tanah dengan sebaik-baiknya, kemudian Dia mengembalikan kamu ke dalam tanah dan mengeluarkan kamu daripadanya pada hari kiamat dengan Nabi Ibrahim dalam QS Asy-Syu’ara/2682 Allah berfirman…dan yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari Kiamat. Lihat juga firman Allah dalam Ibrahim/14 ayat 41 dan al Baqarah/2 260.Kisah Nabi Musa yang diselamatkan dalam QS At-Thaha/20 15-16 Allah berfirman”Sesungguhnya hari Kiamat itu akan datang. Aku merahasiakan waktunya agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia usahakan. Maka sekali-kali janganlah kamu dipalingkan daripadanya oleh orang yang tidak beriman kepadanya dan oleh orang yang mengikuti hawa nafsunya, yang menyebabkan kamu jadi salah seorang dariKeluarga kerajaan Fir’aun yang beriman kepada Nabi Musa mengetahui hari kebangkitan, sebagaimana Allah kisahkan dalam QS Ghafir/4032-46. Allah juga melukiskan tentang terjadinya reinkarnasi/kebangkitan dalaQS Al-Baqarah/2 28 Allah berfirmanMengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati pernah mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?.QS Al-Baqarah/256 Allah berfirman“Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu Al-Baqarah/273 Allah berfirmanDemikianlah Allah menghidupkan kembali “orang-orang yang telah mati”, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu Al-An’aam/6122 Allah berfirman”Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar dari padanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka Al-Ahqaaf/4633 Allah berfirman”Dan apakah mereka tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah yang menciptakan langit dan bumi dan Dia tidak merasa payah karena menciptakannya, kuasa menghidupkan orang-orang mati? Ya bahkan sesungguhnya Dia Maha Kuasa atas segala Al-Waaqi’ah/5660-61 Allah berfirman60; ”Kami telah menentukan kematian di antara kamu dan Kami sekali-sekali tidak akan dapat dikalahkan,61; ”Untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu dalam dunia dan menciptakan kamu kelak dalam keadaan yang tidak kamu Al-Infiithaar/826-8 Allah berfirman6; “Hai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu berbuat durhaka terhadap Tuhanmu Yang Maha Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan susunan tubuhmu seimbang,8; “Dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun An-Nahl/1670 Allah berfirman”Allah menciptakan kamu, kemudian mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa Juga firman Allah ketika menceritakan dan menjawab perkataan Iblis dalamQS As-Shaad/3879-81 Allah berfirman “Ya Tuhanku, berilah tangguh aku sampai hari mereka dibangkitkan. Sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh, sampai kepada hari yang telah ditentukan waktunya hari Kiamat. Tentang terjadinya hari kebangkitan ini; dibebankan kepada para rasul untuk menjelaskan kepada kaumnya, sebagaimana nampak dari pertanyaan para malaikat penjaga neraka terhadap penghuni neraka. Yaitu dalamQS Az Zumar/3971 Allah berfirman”Orang-orang kafir dibawa ke neraka Jahannam berombong-rombongan. Sehingga apabila mereka sampai ke neraka itu, dibukakanlah pintu-pintunya, dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya “Apakah belum pernah datang kepadamu rasul-rasul di antaramu yang membacakan kepadamu ayat-ayat Tuhanmu dan memperingatkan kepadamu akan pertemuan dengan hari ini?” Mereka menjawab,”Benar telah datang,” tetapi telah pasti berlaku ketetapan adzab terhadap orang-orang yang kafir”. Demikian pengakuan sekelompok orang kafir yang dicampakkan ke dalam neraka Jahannam. Mereka mengakui bahwa para rasul telah memperingatkan mereka ketika di dunia tentang hari kebangkitan yang akan mereka jumpai serta hukuman bagi orang-orang yang telah berbuat dosa di dunia. Begitu pula rasul terakhir, yaitu Muhammad Rasululah n telah menjelaskannya. Banyak ayat-ayat al Qur`an yang menyebutkan janji dan ancaman itu. Dengan demikian, terbantahlah pernyataan dusta para salaf yang menolak keberadaan hari kebangkitan dengan mengatakan hanya khayalan Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam semata, sebab para rasul sebelum beliau Shallallahu alaihi wa sallam juga telah mengingatkan umat mereka tentang hal ini. BAGAIMANA DILAHIRKAN KEMBALI SETELAH JADI TULANG BERULANG?Ada lontaran-lontaran klasik yang dimunculkan untuk membuat rancu atau melemahkan keyakinan orang yang memang sudah lemah. Lontaran ini ini berbentuk pertanyaan, namun bukan untuk mencari tahu, namun sebagai antara pertanyaan itu, mungkinkah manusia akan dibangkitkan dan hidup kembali setelah menjadi tulang belulang yang berserakan? Siapakah yang akan mampu melakukannya? KAPANKAH AKAN TERJADI KEBANGKITAN/REINKARNASI? Semua pertanyaan-pertanyaan itu telah dijawab oleh Allah Azza wa Jalla dengan jawaban singkat tapi sangat Al-Isra/1749-52 Allah berfirman49; ”Dan mereka berkata “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru?”,50; Katakanlah “Jadilah kamu sekalian batu atau besi,51; atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin hidup menurut pikiranmu”. Maka mereka akan bertanya “Siapa yang akan menghidupkan kami kembali?” Katakanlah “Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama”. Lalu mereka akan menggeleng-gelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata“Kapan itu akan terjadi?” Katakanlah “Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat”,52; yaitu pada hari Dia memanggil kamu, lalu kamu mematuhiNya sambil memujiNya dan kamu mengira, bahwa kamu tidak berdiam di dalam kubur kecuali sebentar dalam QS Al-Isra/1798 Allah berfirman”Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apakah kami benar-benar akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk baru?”. Allah juga berfirman dalam; QS Yaa Siin/36 68;”Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka apakah mereka tidak memikirkan?QS Yaasiin/3678“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami, dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata;“Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?”. Selanjutnya sampai akhir surat. Apabila ada orang yang paling pandai, paling fasih serta paling lihai dalam menjelaskan sesuatu, berkeinginan mendatangkan argumentasi yang lebih baik dari ini atau yang sebanding dengannya, baik dari segi lafazhnya yang singkat maupun dari segi peletakkan dalil serta melemahkan argumentasi lawan, maka ia tidak akan mampu menandingi firman Allah ini. Allah memulai pemaparan argumentasi ini dengan membawakan sebuah pertanyaan yang dilontarkan oleh para pembangkang, dan pertanyaan tersebut membutuhkan jawaban. Maka firman Allah yang artinya “…dan dia lupa kepada kejadiannya,” merupakan bantahan sangat telak, yang mengandung jawaban sempurna, menegakkan hujjah dan telah menghilangkan syubhat mereka. Meskipun itu sudah cukup menjadi jawaban, namun Allah Azza wa Jalla hendak memberikan jawaban penguat. QS Yaasiin/3679 Allah berfirman “Katakanlah “Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali pertama”. – dalam ayat ini, Allah menjadikan kemampuanNya untuk menciptakan manusia pertama kali sebagai hujjah dalam menjelaskan kemampuanNya mengembalikan manusia ke wujud aslinya setelah menjadi tulang-belulang yang berantakan. Karena setiap orang yang berakal pasti mengetahui, apabila “Allah mampu menciptakan manusia untuk kali yang pertama”, maka Dia tentu lebih mampu membangkitkan manusia setelah matinya. Penciptaan suatu makhluk, harus memenuhi syarat-syarat berikut. Yang pertama, kemampuan pencipta atas makhluknya dan pengetahuan pencipta secara rinci tentang makhluknya. Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla sebagai sang pencipta menyatakan;QS Yaasiin/3679 Allah berfirman”Dan Dia Maha mengetahui tentang segala makhluk”. Apabila ilmu dan kemampuan Allah Maha Sempurna, bagaimana mungkin Allah Azza wa Jalla dinyatakan tidak mampu untuk menghidupkan kembali tulang-belulang yang telah hancur luluh?! Kemudian Allah Azza wa Jalla memberikan dalil yang lebih kuat sebagai jawaban terhadap pertanyaan pembangkang lainnya “Tulang-belulang yang telah hancur luluh, kembali kepada tabi’at aslinya, yaitu dingin lagi kering. Sedangkan kehidupan itu harus mencakup tabi’at yang panas api serta basah air, yang menunjukkan adanya tanda-tanda kebangkitan”. Menjawab pertanyaan tersebut, dapat dibawakan dalamQS Yaasiin/3680 Allah berfirman”Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan api dari kayu tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan tentang kemampuanNya mengeluar unsur panas yang sangat dari kayu hijau yang basah. Maka Dzat yaitu Allah yang dapat mengeluarkan sesuatu unsur yang kontra dengan asalnya, yang seluruh materi makhluk dan seluruh unsur-unsurnya tunduk kepadaNya, tidak pernah membangkang, Dzat inilah yang melakukan apa yang diingkari oleh para pembangkang tersebut berupa menghidupkan kembali tulang-belulang yang berserakan. Kemudian Allah Ta’ala lebih menekankan lagi dengan dalil yang sangat kuat, bahwa Allah mampu menciptakan makhluk yang jauh lebih besar, apalagi makhluk yang di bawahnya. Setiap orang yang berakal akan mengetahui, apabila Allah mampu menciptakan makhluk yang sangat besar, maka dengan mudah Dia dapat menciptakan makhluk di bawahnya atau yang lebih dalamQS Yaasiin/3681 Allah berfirman”Dan tidaklah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu?”. Langit dan bumi merupakan makhluk yang sangat besar, sangat luas dan pada kedua makhluk ini terdapat berbagai keindahan mengagumkan. Kalau langit dan bumi seperti itu saja mampu diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla , maka untuk menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh, serta mengembalikannya kepada bentuk semula, tentu Allah lebih mampu. Karena itu lebih ringan. Lalu Allah Azza wa Jalla lebih menekankan lagi, bahwa perbuatanNya tidak sama dengan perbuatan makhlukNya yang memerlukan alat-alat, biaya, tenaga dan tentu tidak mungkin sendirian. Ini semua tidak berlaku bagi Allah. Apabila Allah Azza wa Jalla menginginkan sesuatu, Dia cukup mengucapkan “Kun” jadilah, maka tercipta dan terjadilah yang Allah Azza wa Jalla menutup argumentasi di atas dengan mengabarkan, bahwa seluruh alam semesta ada di tanganNya. Dia-lah yang mengatur seluruhnya, karena semuanya kembali kepadaNya -Yasin/36 ayat 83. Untuk yang demikian, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirmanQS Al-Qiyamah/7536-40 36; Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja tanpa pertanggung jawaban?37; Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan ke dalam rahim,38; Kemudian mani itu menjadi sesuatu melekat darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya,39; Lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang laki-laki dan Bukankah Allah yang berbuat demikian berkuasa pula menghidupkan orang mati?”. Allah Azza wa Jalla tidak meninggalkan bagai bayang-bayang yang tidak pernah meninggalkan tindakanya, makhluk ciptaanNya begitu saja tanpa perintah dan larangan, tanpa pahala dan hukuman. Hikmah Allah sangat bertolak belakang dengan penolakan itu. QS Al-Mu’minun/23 115 Allah berfirman “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?”. HUKUM BAGI MUSLIM YANG TIDAK PERCAYA HARI KEBANGKITAN ATAU REINKARNASI QS Al-Maa’idah/5 60 Allah Berfirman ”Katakanlah “Apakah akan aku beritakan kepadamu tentang orang-orang yang lebih buruk pembalasannya dari orang-orang fasik itu disisi Allah, yaitu orang-orang yang dikutuki dan dimurkai Allah, di antara mereka ada yang dijadikan kera dan babi dan orang yang menyembah thaghut ?”. Mereka itu lebih buruk tempatnya dan lebih tersesat dari jalan yang Al-A’raaf/7 166“Maka tatkala mereka bersikap sombong terhadap apa yang dilarang mereka mengerjakannya, Kami katakan kepadanya “Jadilah kamu kera yang hina”.QS Tha-ha/20 124Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”.QS An-Naml/2782 Allah berfirman“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat kami”. Wallahu a’lamReferensi tambahanSumber Syarah al Aqidah ath-Thahawiyah, Ibnu Abi al Izz ad-Dimasyqy, Daar Alamil Kutub, Riyadh, Cetakan III, 1997, halaman 589-598.Sekian dan Terimakasih.
LihatJuga. Garis-garis besar dalam eskatologi dalam perjanjian baru oleh: Lyna Novianti,, et al. Terbitan: (2009) ; Titisan palarel Hukum Karma dan Reikanasi dalam Al-quran oleh: Setiawan Andy Terbitan: (2005) ; Pembicaraan disekitar Bible dan Qur'an dalam segi isi dan riwayat penulisannya oleh: Rohan, Abujamin Terbitan: (1984)
Jalan hidup Rasulullah Ilustrasi/Hidayatuna – Reinkarnasi dipercaya oleh umat lain akan membawa manusia pada kebebasan duniawi. Dalam Alquran surah Ghafir ayat 11, disebutkan bahwa orang-orang yang ada di alam baka nanti akan berkata“Ya Tuhan kami, Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali pula, lalu kami mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah jalan bagi kami untuk keluar dari neraka?”Ayat ini kemudian dijadikan dalil oleh sebagian orang yang mempercayai bahwa dalam Islam ada reinkarnasi. Penafsiran tersebut merupakan penyimpangan dalam ilmu Arrazy Hasyim menegaskan bahwa di dalam Islam tidak ada reinkarnasi, yang ada hanya tanazul dan tawarruq. Lebih lanjut Buya Razi menjelaskan, bahwa nabi-nabi tidak dilahirkan kembali tetapi diizinkan berjuang membersamai orang-orang di akhir cara nabi-nabi tersebut berjuang bersama umat jika tidak ada reinkarnasi?Kembalinya Para Syuhada di Akhir ZamanBuya Razi mengatakan, para nabi akan membersamai umat di akhir zaman berjuang melalui pewaris pun membuka keyakinan ini dengan kalimat “para ulama adalah pewaris para nabi”. Hal ini berarti, bukan dia menjadi nabi tetapi dia tetap menjadi ulama, ilmu ulama itulah yang berasal dari para nabi.“Kalimatnya bukan annabiyy tapi al-anbiyya, berarti bukan satu nabi tetapi semua nabi-nabi. Ada 124 ribu nabi, mereka semua turun spiritnya kepada 124 ribu sahabat nabi. Makanya jumlah sahabat nabi sama persis dengan jumlah para nabi,” ujar Buya Razi dalam ceramahnya di kanal Youtube Cafe Rumi nabi terdahulu akan dihadirkan kembali oleh Allah SWT. ketika akhir zaman kelak, tetapi bukan dalam reinkarnasi. Sosoknya tetap berbeda, orangnya berbeda tetapi semangat keilmuannya tetap hadis Imam Bukhari dan Muslim pada bab jihad, para syuhada berkata kepada Allah SWT. “Ya Allah, izinkan kami hidup kembali. Lalu kami mati kembali”.Dalam Alquran disebutkan, para syuhada hidup di sisi Allah. Dalam Islam tidak ada reinkarnasi sehingga Allah menurunkan semangat para syuhada untuk membersamai umat. di akhir zaman.
0OJem0X. zwcjcm3arg.pages.dev/28zwcjcm3arg.pages.dev/259zwcjcm3arg.pages.dev/125zwcjcm3arg.pages.dev/142zwcjcm3arg.pages.dev/380zwcjcm3arg.pages.dev/389zwcjcm3arg.pages.dev/282zwcjcm3arg.pages.dev/406
reinkarnasi dalam al qur an dan hadits